Mengenal cara Okulasi Pada Kakao

COCOA CLINIC | 22.01 |

1.     Pengertian
Dalam pelaksanaan program peremajaan ataupun penanaman areal baru dianjurkan menggunakan bibit okulasi. 
Okulasi merupakan penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi bisa lebih tinggi.
Menurut sejarahnya, pertama kali okulasi berhasil dibuat di perkebunan Pasir Waringin pada tahun 1913. Di tempat ini terdapat pohon hasil okulasi tertua yang di tanam tahun 1916. Pohon-pohon yang di tanam itu hingga kini masih tetap disadap dan berproduksi normal dengan keadaan pemulihan kulit yang normal pula.

2.     Istilah Dalam Okulasi
Untuk membicarakan okulasi sebenarnya harus diketahui beberapa istilah yang perlu di perhatikan agar okulasi berhasil dengan baik.

a.       Batang Bawah
Okulasi adalah cara menghidupkan salah satu bagian dari pohon induknya, yaitu mata tunas. Mata tunas yang sudah di pisahkan dari induknya tidak akan dapat hidup tanpa alat atau bahan yang menghidupkannya. Alat atau bahan penghidup mata tunas ini disebut batang bawah. Batang bawah harus merupakan induk yang di peroleh dari pembiakan generatif yang masih muda. Biji yang digunakan hendaknya berupa biji karet yang minimal salah satu induknya diketahui. Biji sapuan atau biji Illegition tidak baik dijadikan batang bawah. Biji yang baik diambil dari kabun induk khusus maupun dari areal produktif biasa yang menghasilkan biji. 

b.      Batang Atas
Berbeda dengan batang bawah yang harus dari biji, batang atas dapat diambil dari tanaman yang berasal dari biji, okulasi, atau lainnya yang sudah tua. Tanaman batang atas harus diketahui asalnya untuk mempermudahkan menentukan hasil akhir okulasi. Dari batang atas inilah akan dihasilkan sadapan yang baik.
lebih berat  dari pada klon untuk perkebunan besar.

c.       Kayu Okulasi
Kayu okulasi adalah tunas muda dari pohon induk yang memiliki mata tunas untuk dijadikan bahan okulasi. Kayu okulasi dapat diambil dari pohon induk yang asli atau ditanam khusus untuk kayu okulasi. Kayu okulasi sebenarnya bisa juga disebut batang atas. Pengambilan kayu okulasi secara langsung dari pohon induk dilakukan dengan cara memotong sebagian besar atau seluruh ranting yang sebesar pergelangan tangan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama akan tumbuh tunas-tunas baru. Tunas yang berumur 1-2 tahun atau kulitnya sudah menggabus sudah bisa digunakan sebagai kayu okulasi. Kayu okulasi yang diperoleh dengan cara ini disebut kayu okulasi dahan.

d.      Kebun Entres
Untuk mengadakan pemuliaan klon tanaman karet, setiap kebun harus memiliki kebun entres sendiri. Bahan klon dapat dapat diambil dari kebun seinduk dengan klon terpilih atau dari balai penelitian.

Areal kebun entres harus memenuhi syarat, yaitu tanahnya subur, rata atau sedikit miring (5⁰), dekat sumber air, bebas dari cendawan akar, dan dibuat khusus untuk kebun entres. Untuk menghasilkan kayu okulasi cokelat jarak tanam entresnya 100x100 cm setiap bedengan terdiri dari lima baris dan tiap baris terdiri dari 20 batang. Diantara bedengan dibuatkan jalan selebar 150 cm termasuk parit.

Satu tanaman berumur satu tanaman akan menghasilkan 1 entres cokelat dengan 20 mata tunas terpakai. Untuk tanaman yang sudah dua kali dipotong sebanyak 6-8 taruk hijau. Maka masing-masing taruk akan menghasilkan 3-4 mata tunas atau sekitar 20 mata tunas terpakai. Okulasi yang bisa diperoleh rata-rata 80%.

e.       Mata Tunas
Mata tunas terdapat pada kulit pohon. Semakin muda bagian pohon, semakin tampak mata tunasnya. Ada tiga jenis mata tunas yang tampak pada tanaman karet, yaitu mata daun, mata sisik, dan mata bunga. Mata daun dan mata sisik dapat dipakai untuk okulasi, sedangkan mata bunga tidak bisa digunakan. Hal ini disebabkan karena mata daun dan mata sisik bisa menghasilkan cabang baru yang akhirnya akan digunakan sebagai kayu okulasi, sedangkan mata bunga hanya akan menghasilkan bunga dan akhirnya gugur setelah beberapa waktu. Tanda dari mata daun dan mata sisik adalah letak matanya jauh dari bekas kaki daun yang telah gugur. Untuk mata bunga ditandai dengan letaknya yang berdekatan dengan bekas kaki daun dan banyak terdapat didahan. Kayu okulasi yang baik biasanya terdapat 20-25 mata tunas setiap meternya.

f.        Perisai dan Jiwa
Perisai adalah bagian kayu okulasi yang diiris dan akan ditempelkan pada batang bawah. Pada perisai ini terdapat mata tunas sehingga perisai terdiri dari mata tunas bersama sedikit kulit. Sedangkan jiwa merupakan sebuah bintil yang terdapat disebelah dalam kulit dan merupakan inti dari mata tunas. Jika jiwa ini rusak atau terkena kotoran maka okulasi tidak akan berhasil.

3.     Bahan dan Alat
Bahan pada pembuatan bibit okulasi tanaman karet yang dimaksud disini adalah klon-klon yang dianjurkan untuk batang atas maupun batang bawah. Batang atas dan  batang bawah merupakan bahan terpenting untuk disiapkan. Sedangkan mata tunas, kayu okulasi, jendela, dan jiwa diperoleh dari batang atas dan batang bawah.

Alat-alat yang dibutuhkan adalah gergaji entres, pisau okulasi yang tajam, batu, asah, pita plastik atau tali rafia, dengan ukuran lebar 2-3 cm dan tebal sekitar 0,04 mm, gedebok/pelepah pisang atau ember berisi air untuk menyimpan kayu entres agar tidak layu, lilin cair, kuas sabut kelapa, parafin, serta kain lap basah untuk membersihkan batang bawah ataupun mengisap lateks bekas irisan.

4.     Waktu Mengokulasi
Okulasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00-10.30 pada saat musim hujan tetapi tidak lebat. Apabila okulasi dilakukan pada waktu hujan lebat atau musim kemarau, tanaman karet tersebut tidak akan tumbuh.

5.     Teknik Okulasi
Teknik mengokulasi tanaman karet ada dua macam, yaitu okulasi cokelat dan okulasi hijau. Kedua teknik ini harus benar-benar mengikuti persyaratan langkah kerja agar dapat diperoleh bibit tanaman yang baik.

Teknik okulasi cokelat dan okulasi hijau cara membuatnya sama. Dari kedua cara ini yang berbeda hanyalah bakal batang bawahnya saja. Batang bawah untuk teknik okulasi cokelat berumur 9-18 bulan di pembibitan atau berdiameter lebih dari 1,5 cm dan berwarna cokelat. Sedangkan batang bawah untuk teknik okulasi hijau berumur    5-8 bulan atau berdiameter 1-1,5 cm dan berwarna hijau.

Batang atas pada teknik okulasi cokelat berasal dari tanaman kebun entres yang berwarna hijau kecokelatan sampai cokelat, berbatang lurus dan bermata tunas dalam keadaan tidur. Pada okulasi hijau, kayu entres yang digunakan telah berumur 1-3 bulan setelah pemangkas. Batangnya berwarna hijau atau telah membentuk 1-2 payung daun, payung teratasnya berwarna hijau dampai hijau tua.

Pemotongan tangkai duan bagian bawah entres biasanya dilakukan 10 hari sebelum okulasi dan dimaksudkan agar tangkai daun gugur sehingga diperoleh mata tunas yang lebih banyak. pemotongan ini dipakai untuk teknik okulasi cokelat dan hijau.

a.       Membuat okulasi cokelat
Pembuatan okulasi dengan teknik okulasi cokelat dan hijau memiliki syarat yang harus dipenuhi agar diperoleh bibit okulasi yang baik. Syarat tersebut sebagai berikut:

  1. Kedua lapisan kambium yang halus pada batang bawah dan perisai harus menempel dan jangan sampai terganggu. Lapisan-lapisan itu tidak boleh diraba dengan jari, tidak boleh kotor atau terkena keringat, tidak boleh terkena sinar matahari terik.
  2. Jangan membuat okulasi diluar waktu yang sudah ditentukan, untuk mnghindari sinar matahari.
  3. Tidak mengokulasi pada batang bawah yang basah.
  4. Alat, bahan, dan pekerja harus dalam keadaan bersih dan steril.
  5. Perlu ketelitian dalam pembuatan okulasi.

Setelah semua hal yang disyaratkan terpenuhi, maka pekerjaan mengokulasi dapat segera dilakukan. Cara kerjanya sebagai berikut:

  1. Buatlah terlebih dahulu jendela okulasi pada batang bawah. Batang bawah ini harus bersih dari tanah atau kotoran yang menempel. Jendela okulasi dibuat      7-10 cm dari tanah dengan lebar sepertiga lingkaran batang dan panjangnya sekitar 5 cm. arah pengirisan dari bawah keatas dan ujung pisau harus menyentuh kayunya. Bagian atas dari jendela diiris miring sedangkan bagian bawah tidak.
  2. Irislah setiap kali 10-15 batang dan biarkan hingga getahnya kering sehingga kulitnya mudah dikupas. Disaat mengupas, pisau dan jari jangan sampai menyentuh getah.
  3. Sambil menunggu getahnya kering, irislah mata tunas beserta perisainya dari kayu entres. Pada pengirisan ini harus disertakan sedikit lapisan kayu yang menutup jiwa. Jiwa atau bakal tunas jangan sampai rusak. Pengirisan ini harus lebih kecil dari ukuran jendela okulasi untuk semua sisi.
  4. Perisai dipegang tepinya dan bagian dalamnya jangan sampai teraba oleh jari. Bila perisai harus diletakkan di tanah, letak punggungnya dibawah dan bagian dalamnya diatas. Bersihkan tepi perisai yang tajam hingga diperoleh ukuran yang sama dengan jendela okulasi. Potonglah sisi bawah perisai tegak lurus dibagian yang tidak pernah tersentuh oleh jari.
  5. Setelah itu, keluarkan lapisan kayu pada perisai dengan cara jari tangan menahan bagian punggungnya dan pisau menahan bagian dalamnya. Hati-hati jangan sampai kulitnya dibengkokkan. Periksa keberadaan bakal tunas bagian dalamnya yang tampak seperti bintil. Jika sudah tidak ada, maka perisai itu tidak bisa digunakan.
  6. Setelah diperiksa, potonglah bagian atas perisai dengan kemiringan yang sama dengan kemiringan bagian atas jendela. Bagian yang dipotong adalah bagian yang sudah terkena pisau saat melepaskannya dari kayu.
  7. Kemudian, jendela yang telah dikeringkan, dikupas dengan hati-hati dengan bantuan ujung pisau. Ujung pisau mengupas kulit dari bagian ujung jendela hingga seluruh kulit pada jendela terkupas. Kulit kambium pada lapisan luar bisa dipegang, sedangkan kambium yang ada pada batang bawah jangan sampai tersentuh.
  8. Setelah siap, perisai ditempelkan ke jendela okulasi. Setelah saling menempel perisai jangan sampai bergeser karena akan merusak lapisan kambium pada jendela okulasi dan bakal tunas akan lepas. Jika letaknya terbalik, maka tunas yang terbentuk akan tumbuh ke bawah kemudian membengkok keatas.
  9. Setelah ditempelkan, bibir jendela okulasi ditutupkan tepat dipunggung perisai dan dibalut dengan tali rafia.
  10. Setelah okulasi berumur 14 hari, balutan bisa dilepas dengan menggunakan pisau tajam. Kemudian okulasi diperiksa dengan cara perisai ditoreh halus. Bila torehannya berwarna hijau berarti okulasi itu jadi. Sedangkan bila berwarna cokelat berarti mati.

b.      Membuat okulasi hijau
Okulasi hijau berguna untuk menyiapkan bibit secara cepat. Kebun entres disiapkan dengan cara memangkas atau memotong kayu entresya diatas mata tunas dengan ketinggian sekitar 90 cm. potongan ini dilakukan pada kayu entresnya yang berumur setahun atau lebih. Tunas-tunas yang berumur 1-3 bulan setelah pemangkasan dapat digunakan sebagai entres.
Entres okulasi hijau tidak dapat disimpan lama sehingga pengokulasian harus segera dilakukan. Selain itu, juga tidak bisa dikirm ketempat lain yang membutuhkan waktu lama.
Pada prinsipnya teknik okulasi hijau tidak berbeda dengan teknik okulasi cokelat. Namun, masih ada perbedaan yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

  1. Bila okulasi dilakukan dikantong plastik maka pemotongan dilakukan sekitar 7 hari setelah balutan dibuka. Sedangkan jika pemotongan tidak bergantung pada pembukaan balutan melainkan harus 7-10 hari sebelum dipindahkan ke kantong plastik.
  2. Bibit okulasi hijau tidak boleh ditanam dalam bentuk bibit stum mata tidur.

Ada keuntungan dan kerugian dari teknik okulasi hijau. Keuntungannya adalah:
a.       Pelaksanaan lebih awal
b.      Masa hidup dipembibitan pendek sehingga penyediaan bahan tanaman lebih cepat.
c.       Perakarannya tidak terganggu pada saat bibit dipindahkan kelapangan.
d.      Masa matang sadap sekitar 6 bulan

Adapun kerugiannya adalah tidak dapat disimpan lama dan persentasenya kematian bibit okulasi lebih besar.

Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit

Category: